Senin, 14 Juli 2008

MALAMKU

Ada apa ini?…kenapa tiba-tiba aku ingin menikmati malam…, aku ingin keluar dari rumah ini, aku ingin berjalan digelapnya malam dibawah temaram sinar bulan, aku ingin sendiri…! Aku ingin kembali pada kehidupanku sebelumnya, aku ingin menjadi diriku, aku ingin pergi…entah kemana yang penting aku pergi dari sini.

Malam…kau menjadi saksi kegundahan hatiku saat ini, ya Rabb…ampuni aku, ampuni aku, ampuni aku…wajahku semakin menunduk malu pada sang penguasa alam ini, airmataku jatuh membuat beberapa titik di lantai kamarku. Ku usap sendiri sisa airmata yang tertinggal di bawah mata dan kedua pipiku, ….aaahh, napas pasrahku terdengar begitu pilu, ya… pilu yang aku buat sendiri.

“hey, akhirnya kau sadar juga kalau kepiluan yang melandamu itu kamulah yang menghadirkannya dalam hatimu,bersyukurlah…”hatiku mengingatkan pikiranku.

Alhamdulillah….walau kadang pikiranku suka melancong kemana-mana, ngga jelas arah tujuannya, yang kadang masih sering terbersit mengejar keinginan dunia belaka, namun hatiku, sahabat setia dari pikiranku tak pernah lelah menasehati dan mengingatkannya, ya harusnya beginilah hidup, saling memberi nasenat dan peringatan yang baik menjadikan hidup selaras selalu berjalan diatas logika akal dan insting hati.

Namun malam ini,aku rapuh……..pikiranku liar terbakar amarah, hatiku juga melemah karena gersang dari siraman dzikir.

Pukul 02.00, hari sudah pagi…mataku masih terjaga, segar bugar tidak ada keinginan untuk tidur, kepalaku pening, perlahan aku bangun dari tempat tidurku mendekat kejendela kamar, kusibakkan tirai kesayanganku Al-liwa. Mataku menerobos kaca melihat gelapnya malam, Subkhanallah…malam ini adalah malam purnama, sungguh ini adalah hadiah terindah untukku, terimakasih ya Rabb. Bibirku terus berucap syukur, sukhanallah, alhamdulillah lailahailallah allahu akbar!

Aku merasakan hatiku semakin melega, “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?”.Aku semakin malu…malu pada diriku sendiri, malu pada malam yang telah menjadi saksi kesedihanku, malu kepada orang-orang yang aku cemburui, malu pada suamiku yang telah ikhlas memberikan cintanya untukku, dan malu kepada semuanya juga yang paling besar maluku kepada sang maha pencipta rasa itu sendiri.

Aku teringat kata suamiku yang selalu melibatkan Allah dalam segala urusannya, suatu malam ia membisikkan kata tepat di telingaku “sayang…jangan kau mengharapkan kebahagiaan dariku, jangan kau mengharap cinta dariku, tapi berharaplah kebahagiaan dan cinta hanya dari Allah, aku sayang kamu”.

Ya Rabb pantaskah aku mengabaikannya? Pantaskah aku untuk cemburu kepadanya? Pantaskah aku menuntut sesuatu darinya? Pantaskah aku bersedih karenanya? TIDAK Ya Rabb, aku tidak pantas melakukannya. Aku menyayanginya…tapi aku lebih mencintai-Mu Ya Rabb. Lebih…tidak ada yang akan mengalahkan apapun dan siapapun dia. Malam ini aku sangat bahagia, Engkau berikan hamba-Mu ini hadiah terindah dan Kau hadirkan kembali semangat dalam hatiku untuk menyemai hati yang selesai, kepiluanku aku serahkan kepada-Mu Ya Rabb, semuanya… maka aku mohon gantilah kepiluan itu dengan kebahagiaan yang hakiki, Aku ingin menatap-Mu di surga abadi,Amin…

Tidak ada komentar: