Selasa, 22 Juli 2008


Aku heran kepada orang yang mengerti kematian tapi ia tertawa, aku heran kpd orang yg mengerti dunia tp ia begitu menggemarinya, aku heran kpd orang yg mengerti segala urusan memiliki takdirnya masing-masing, tp ia bersedih karena ditinggal sesuatu, aku heran kepada orang yang mengerti hisab tp ia sibuk mengumpulkan harta, aku heran kepada orang yang mengerti neraka tp ia gemar melakukan dosa, aku heran dengan orang yang mengerti surga dengan yakin tapi ia hidup didunia dengan nyaman, aku heran kepada orang yang mengerti syaitan itu adalah musuh tapi ia patuhi (Nashoihul 'ibad)

Senin, 21 Juli 2008


Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar".(Umar bin Khattab). my lovely mujahidku

Rabu, 16 Juli 2008

ADA APA DI BALIK RASA NIKMAT SEBATANG ROKOK?

Ngerokok ? engga deh…..!!

Memang nya ada yang salah sama rokok… ? kan ngga ada dalilnya……….. eits!! tunggu dulu kawan……izinkan aku berbagi dengan kalian tentang sosok sebatang rokok, ok!

Sekilas tentang cara membuat rokok.

Rokok terbuat dari tembakau yang di campur dengan saus tertentu, kemudian di bungkus dengan kertas papir yang dibuat khusus untuk membuat rokok.

Nah yang jadi masalah…tahukah kamu ? tentang saus apakah yang dipakai untuk membuat tembakau terasa nikmat?, itu adalah zat kimia yang berbentuk cair yang di semprotkan pada tembakau kemudian diaduk dan dijemur, baru setelah itu dilinting.

Sedangkan rasa manis pada gabus yang kita hisap adalah air biang gula yang disemprotkan.

Kemudian tentang tembakaunya, biasanya tembakau itu disimpan dalam gudang dan ditimbun dalam waktu yang lama, nah kalau sudah kelamaan bisa jadi tembakau itu mengandung kuman dan berbau apek, karena itu untuk menghilangkan bau apeknya di pakailah saus tersebut.

Saya pernah mendapat cerita dari seorang teman yang bekerja di pabrik rokok. Dia mengungkapkan hal yang sangat mengejutkan dan diluar dugaan saya sendiri, masih katanya dalam proses pembuatan flavour essence (saus) yang digunakan untuk memberi rasa khas pada rokok, pada saat dicampurkan dengan tembakau sebelumnya dilarutkan dan diencerkan terlebih dulu dalam alkohol, nah…lho! Alkohol yang mengandung saus inilah yang kemudian yang diserap oleh tembakau sehingga menimbulkan rasa khas pada rokok.

Jika hal ini benar? Bagaimana pendapat kamu tentang rokok, haramkah kita menghisap rokok?

Apa sih manfaat dari rokok ?

  1. menciptakan lapangan pekerjaan. Ini di sebabkan karena ada larangan penggunaan mesin- mesin industri otomatis dari pemerintah dalam menjalankan roda pembuatan rokok maka banyak dibutuhkan SDM ( menciptakn lapangan kerja tidak harus membuka pabrik rokok, masih banyak usaha yang belum dirintis di negri ini )
  2. kejayaan bagi industri-industri rokok di Indonesia ( jangan terlena kawan, ini hanya menguntungkan pihak penguasa modal “kapitalistik yang harus di lawan!”)
  3. industri musik dan olahraga sangat berhutang banyak pada industri rokok. Karena rokok adalah sponsor utama dalam konser-knoser musik begitu juga dunia olahraga. (dunia islam lebih indah dari dunia musik dan olahraga )
  4. manfaat secara psikologis, bagi sebagian orang rokok adalah teman hidup, dan menenangkan hati. (teman hidup bukan rokok kawan, tapi teman seperjuangan yang istiqamah dalam keislamannya)

hasil penelitian yang mengungkapakan beberapa dampak buruk dari rokok :

  1. sudahkah terbukti kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit?

Jawabnya :’ ya’. Dunia sepakat bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, sakit paru-paru, ginjal, radang, osteoporosis dan masih banyak yang lainya.( ngga maukan…kita menderita penyakit kompilasi…makanya jangan merokok)

  1. apakah rokok memerlukan waktu yang lama sebelum kebiasaan merokok membawa akibat kbadan saya?

Jawabnya :’ tidak’. Hanya dalam hitungan menit nikotin akan merusak aliran darah, mempercepat detak jantung, dan melumpuhkan butiran halus dalam paru-paru. (hi…ngeri eyh…)

  1. apa yang sangat membahayakan dari rokok?

Jawab : satu batang rokok mengandung 4000 jenis bahan kimia.

    • nikotin : menyebabkan ketagihan, melemahkan kecerdasan otak, melabilkan detak jantung, dan mempercepat pembekuan darah. “ gimana islam akan tegak jika generasi pemimipin masa depannya memiliki kecerdasan otak dan fisik yang lemah, bukankah rasulullah lebih mencintai mukimin yang kuat?”
    • karbon : menyebabkan sesak napas dan menurunkan stamina, merusak lapisan pembuluh darah, dan meninggikan endapan lemak pada dinding pembuluh darah, juga tersumbatnya pembuluh darah. “nah lho untuk berdakwah kita harus sehat, bagaimana kalau pas kita sedang menjadi pembicara dalam sebuah pengajian lalu tiba-tiba kita sesak napas, bisa bubar tuh jamaah”
    • tar : digunakan untuk pengaspal jalan. Menyebabkan kanker, “emangnya tubuh kita jalanan aspal?”
    • aseton : peluntur cat, “masyaAllah….lapisan kulit kita di lindungi pigmen bukannya cat, apalagi ini di konsumsi tubuh dalam kita, apa jadinya nanti kalau semua warna yang ada dalam diri kita luntur begitu juga warna semangat kita wah….gawat nih!”
    • DDT : racun serangga untuk membunuh nyamuk dan semut,” diri kita bukan sarang nyamuk dan semut kawan, tapi sarang jihad”
    • Arsenic : racun kutu. “ yang namanya kutu adanya di kepala, jadi arsenic termasuk obat luar, lalu kenapa kita hisap dan masuk ke tubuh kita? Cobalah berpikir.”
    • kadmium : bahan kimia yang terdapat didalam accu, “ isilah tubuh kita dengan siraman ruhani jangan siraman kadmium, kita kan manusia bukan accu”
    • formaldehit : zat kimia yang satu ini sering digunakan untuk mengawetkan mayat.”kawan kita bukan mayat, kita masih hidup!”
    • ammonia : bahan aktif pembersih lantai. “ saya kira kita tidak harus menggunakannya karena kita bukan lantai ataupu ubin yang termasuk benda mati, tapi untuk membersihkan diri cukup dengan dzikrullah…”
    • polonium 210. bahan radio aktif
    • vinil klorida. Bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastic,”oh tidak….”

4.Apakah rokok dapat menyebabkan ketagihan? Jawabnya : ‘ya’. Nikotin hanya

Memerlukan waktu 10 menit untuk sampai di otak dan mempengaruhi fikiran

Menjadi bergantung

  1. Tidak hanya si perokok aktif saja yang akan menderita berbagai penyakit, tapi perokok pasifpun bisa lebih parah menderita penyakit yang bersumber dari asap si perokok aktif.
  2. Bagaimana caranya agar kita bisa menghindari bahkan talak dengan rokok? Caranya mudah saja tergantung niat dalam hati, perbanyak makan sayur-sayuran, buah, dan minum air yang tidak terdapat kafein. Libatkan Allah dalam menyelesaikan berbagai masalah hidup. Biasakan menenangkan diri dengan cara mendekat kepada Allah jangan kepada rokok.

HIMPUNAN FATWA UNTUK KASUS ROKOK

  1. Fatwa syaikh Muhammad bin Shalih al-ustmain. Allah Swt. Berfirman “…..dan janganlah kamu jatuhkan dirimu kedalam kebinasaan….” ( Al-baqarah :195 ) ‘merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri ke dalam kebinasaan’ . dari dalil as-sunnah Rasulullah melarang kita menyia-nyiakan harta, ‘berapa puluhribu yang sudah kita sia-siakan uang kita untuk membeli rokok yang hanya menemani kesenangan sesaat. Rasul juga bersabda “tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain” dari merokok kita telah membahayakan orang yang ada disamping kita.
  2. Fatwa syaikh Muhammad bin Ibrahim. Alquran menyatakan “ di halalkan untuk mereka apa-apa yang baik dan di haramkan atas mereka apa-apa yang buruk”

Asal dari segala sesuatu yang diciptakan Allah , baik itu berupa suatu benda atau berupa manfaat-manfaat yang dapat diambil oleh manusia adalah halal dan mubah, namun perlu diketahui bahwa mubah bisa mendatangkan pahala, bisa juga mendatangkan dosa. Kita harus pintar memilih bagaimana caranya agar dari hal mubah yang kita lakukan tidak mendatangkan dosa melainkan pahala kebaikan semata, berkaitan dengan rokok, kita tidak bisa langsung menyimpulkan apakah hukumnya haram ataukah mubah

.

Allah dan Rasulnya selalu menyuruh kita untuk memakan makanan yang halal dan thoyyib, intinya halal saja tidak cukup untuk bisa kita konsumsi, makanan yang masuk kedalam tubuh kita haruslah halal dan thoyyib, nah….kalau rokok sendiri, apakah termasuk makanan yang thoyyib? Sepertinya jawabannya ‘tidak’ karena banyak membawa kemudharatan, merugikan diri sendiri dan orang lain,

Kesimpulannya : konsumsilah makanan yang halal dan thoyyib jangan hanya salah satunya, halal tapi tidak thoyyib atau thoyyib tapi ternyata tidak halal.

Selasa, 15 Juli 2008


Khilafah Menaungi Semua Madzhab

Soal: Bolehkah Khilafah menjadi negara yang menganut mazhab tertentu atau mengadopsi hukum Islam di tengah-tengah masyarakat berdasarkan mazhab tertentu? Jawab:Jawabannya, tentu tidak boleh. Mengapa? Pertama, karena Khilafah adalah negara bagi umat Islam di seluruh dunia, yang bisa menjadi wadah bagi mereka, dengan perbedaan latar belakang paham keagamaan dan politiknya. Karena itu, secara syar‘i, Khilafah didefinisikan sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia dalam rangka menerapkan Islam di dalam negeri dan mengemban Islam ke seluruh dunia. Khilafah juga akan menjadi pemersatu umat Islam dalam satu wadah. Dengan begitu, umat ini akan menjadi satu umat, satu negara, dan satu kepemimpinan. Dalam hal ini, Umar bin al-Khatthab pernah menyatakan:

]لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِالْجَمَاعَةِ وَلاَ جَمَاعَةً إِلاَّ بِالإِمَارَةِ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِالطَّاعَةِ[

Tidak ada Islam tanpa jamaah (kesatuan umat); tidak ada jamaah tanpa kepemimpinan (Khilafah); dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan.

Artinya, dengan adanya imârah (kepemimpinan Khalifah) itulah jamaah (persatuan dan kesatuan) kaum Muslim di seluruh dunia akan bisa diwujudkan. Nash al-Quran juga menyatakan:

]إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ[

Sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah Aku. (QS al-Anbiya' [21]: 92).

Kedua, bahwa umat Islam di seluruh dunia wajib bersatu adalah perkara ma’lûm min ad-dîn bi adh-dharûrah. Hanya saja, kita juga tidak bisa menafikan bahwa umat Islam memiliki berbagai mazhab keislaman, baik dalam konteks akidah maupun hukum. Keberagaman pemahaman ini merupakan keniscayaan yang tidak terelakkan, karena dua faktor yang sama-sama dibenarkan oleh Islam; (1) faktor nash, yang berpotensi untuk dipahami secara berbeda; (2) faktor intelektual, yang berpotensi untuk memahami nash secara berbeda satu sama lain. Dengan kenyataan ini, bukan berarti persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia tidak bisa diwujudkan. Kesatuan umat bisa diwujudkan kalau ada negara dan negara tersebut tidak berpihak pada mazhab tertentu, tetapi mengayomi semua mazhab, bahkan agama, etnik dan bangsa.

Fakta-fakta di atas hanya bisa diwujudkan jika negara Khilafah dibangun berdasarkan akidah dan hukum Islam, bukan mazhab tertentu; baik dalam konteks akidah maupun hukum Islam. Ini artinya, negara tidak boleh mengadopsi pemikiran mazhab dan furû’ akidah tertentu. Karena dengan diadopsinya pemikiran mazhab dan furû’ akidah tertentu, berarti negara akan memaksa orang yang telah memeluk Islam untuk memeluk pemikiran akidah tertentu. Tentu ini lebih tidak boleh, karena memaksa orang kafir—yang notabene belum memeluk Islam—untuk memeluk Islam saja tidak boleh. Allah Swt. berfirman:

]لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ[

Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama Islam. (QS al-Baqarah [2]: 258).

Di samping itu, jika ini ditempuh oleh negara, maka kebijakan negara ini pasti akan menimbulkan haraj (kesulitan) di tengah-tengah kehidupan umat, sementara hal ini juga tidak dibenarkan dalam Islam. Allah Swt. berfirman:

]وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ[

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian suatu kesempitan dalam agama. (QS al-Hajj [22]: 78).

Meski begitu, negara harus menjadikan akidah Islam secara umum sebagai landasan dan payung bagi semua mazhab atau furû’ pemikiran akidah tertentu. Negara juga dibenarkan, bahkan harus mengadopsi, dalil mana yang bisa dijadikan sebagai dalil akidah dan tidak. Misalnya, negara harus menetapkan bahwa akidah hanya boleh diambil dari dalil-dalil yang qath’î, bukan dalil zhannî. Alasannya, kalau tidak ditetapkan seperti itu, umat Islam pasti akan terperosok ke dalam keharaman, yaitu membangun akidah berdasarkan zhann. Padahal akidah seperti ini jelas telah dilarang. Allah Swt. berfirman:

]إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ[

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka; mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS al-An‘am [6]: 116)

Selain itu, dengan ditetapkannya dalil qath’î sebagai dalil akidah, maka negara juga bisa menjaga umat Islam dari konflik pemikiran secara terbuka dan sensitif bagi umat. Sebab, dari dalil-dalil zhannî-lah biasanya konflik tersebut dimulai.

Demikian halnya, seluruh pemikiran dan hukum yang kemudian menjadi undang-undang juga harus dibangun berdasarkan prinsip, bahwa semuanya itu merupakan pemikiran dan hukum Islam, bukan pandangan kemazhaban. Meski pada awalnya pemikiran dan hukum tersebut diambil dari mazhab fikih tertentu, ketika diadopsi oleh negara, negara mengadopsinya bukan sebagai pandangan mazhab fikih tertentu, melainkan sebagai hukum syariat. Setelah itu, hukum tersebut akan menjadi hukum positif dan mengikat semua penganut mazhab. Dalam hal ini, kaidah syariat mengatakan:

لِلسُّلْطَانِ أَنْ يَقْضِيَ مَا يَحْدُثُ مِنَ الْمُشْكِلَةِ

Seorang penguasa (kepala negara) berhak menetapkan hukum berdasarkan kasus yang sedang terjadi.

Juga kaidah syariat yang menyatakan:

]أمْرُ الإِمَامِ نَافِذٌ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا[

Perintah seorang imam (kepala negara) wajib dilaksanakan, secara lahir dan batin.

Artinya, sekalipun banyak pandangan kemazhaban yang dimiliki oleh kaum Muslim dalam negara Khilafah, namun dalam praktiknya, hukum positif yang berlaku adalah satu, yaitu hukum syariat Islam yang diadopsi oleh kepala negara. Itu pun semata-mata diadopsi karena hukum tersebut adalah hukum Islam.

Masalahnya adalah, apakah ini tidak akan mengganggu apa yang sebelumnya telah menjadi pegangan kaum Muslim? Maka, dalam hal ini, harus dibedakan antara menerapkan hukum, dan mengajarkan hukum. Dalam menerapkan hukum, hukum yang diterapkan harus satu, yaitu hukum yang diadopsi dan diterapkan oleh negara untuk seluruh rakyat. Tetapi, dalam pengajaran atau dakwah, adanya hukum lain, selain yang diadopsi oleh negara, tetap diperbolehkan. Karena itu, bisa saja mengajarkan atau mendak-wahkan hukum tertentu, sementara dalam pelaksanaannya, hukum positif yang diterapkan tetap merupakan hukum yang diadopsi oleh negara.

Karena itu, dengan negara tidak bermazhab, sehingga mazhab berkem-bang sedemikian rupa, tidak berarti bahwa tidak ada kepastian hukum di dalam negara. Karena, hukum yang diterapkan hanya satu. Tetapi, untuk tujuan dakwah dan pendidikan, negara tetap akan membuka diajarkannya hukum lain, selain yang diadopsi oleh negara.

Dengan begitu, negara akan tetap bisa mengayomi semua mazhab fikih, termasuk membuka lebar-lebar pintu ijtihad. Umat Islam, termasuk para ulama dan intelektualnya, juga tidak akan kehilangan peluang untuk terus berkarya, menyampaikan dan mengembangkan mazhabnya. Inilah pelajaran yang bisa diambil dari sikap Imam Malik ketika menolak keinginan Khalifah Ja‘far al-Manshur untuk menjadikan kitabnya, al-Muwattha', sebagai undang-undang yang diadopsi oleh negara. Penolakan ini tentu bukan karena beliau menolak formalisasi fikih atau syariah, tetapi beliau menolak untuk menjadikan Khilafah sebagai negara mazhab Maliki. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. [Hafidz Abdurrahman]

Lihat juga nash-nash yang lain: QS an-Nisa’ [4]: 158, al-An’am [6]: 148, Yunus [10]: 36, Yunus [10]: 66, dan lain-lain.


RASA

Perihnya hati ini melihat keresahan yang tersirat di wajahmu

Namun apakah aku harus ikut bersedih dengan apa yang menimpamu?

Tidak ! aku tidak akan pernah larut dalam kesedihanmu sayang…

Maaf…bukannya aku tidak peka

Maaf… bukannya aku tidak peduli

Maaf ..bukan karena aku tidak sayang

Maaf…maaf…dan maaf…

Aku hanya tidak ingin kau rapuh, percayalah…

Begitu besar rasa sayang yang aku punya untukmu

Walaupun rasa cintaku pada sang pemilik alam ini tidak bisa dikalahkan

Aku ingin kau tegar dalam membela agama-Nya…

Aku ingin kau yakin bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan kita

Aku ingin kau yakin Allah tidak akan tinggal diam menyaksikan hambanya yang ikhlas dicibir

Apa yang menimpamu sekarang adalah bentuk rasa cinta-Nya

Ini bukan racun kehidupan yang akan mematikan kita

Namun ini adalah obat untuk menyembuhkan segala penyakit kita

Entah penyakit hati, lisan atau penyakit perbuatan kita yang tergesek maksiat

Allah sedang mengobati kita agar semua penyakit yang ada pada diri kita lenyap,

Dan pada akhirnya kita akan kembali menghadap-Nya dalam keadaan sehat tanpa penyakit apapun.

Senin, 14 Juli 2008

MALAMKU

Ada apa ini?…kenapa tiba-tiba aku ingin menikmati malam…, aku ingin keluar dari rumah ini, aku ingin berjalan digelapnya malam dibawah temaram sinar bulan, aku ingin sendiri…! Aku ingin kembali pada kehidupanku sebelumnya, aku ingin menjadi diriku, aku ingin pergi…entah kemana yang penting aku pergi dari sini.

Malam…kau menjadi saksi kegundahan hatiku saat ini, ya Rabb…ampuni aku, ampuni aku, ampuni aku…wajahku semakin menunduk malu pada sang penguasa alam ini, airmataku jatuh membuat beberapa titik di lantai kamarku. Ku usap sendiri sisa airmata yang tertinggal di bawah mata dan kedua pipiku, ….aaahh, napas pasrahku terdengar begitu pilu, ya… pilu yang aku buat sendiri.

“hey, akhirnya kau sadar juga kalau kepiluan yang melandamu itu kamulah yang menghadirkannya dalam hatimu,bersyukurlah…”hatiku mengingatkan pikiranku.

Alhamdulillah….walau kadang pikiranku suka melancong kemana-mana, ngga jelas arah tujuannya, yang kadang masih sering terbersit mengejar keinginan dunia belaka, namun hatiku, sahabat setia dari pikiranku tak pernah lelah menasehati dan mengingatkannya, ya harusnya beginilah hidup, saling memberi nasenat dan peringatan yang baik menjadikan hidup selaras selalu berjalan diatas logika akal dan insting hati.

Namun malam ini,aku rapuh……..pikiranku liar terbakar amarah, hatiku juga melemah karena gersang dari siraman dzikir.

Pukul 02.00, hari sudah pagi…mataku masih terjaga, segar bugar tidak ada keinginan untuk tidur, kepalaku pening, perlahan aku bangun dari tempat tidurku mendekat kejendela kamar, kusibakkan tirai kesayanganku Al-liwa. Mataku menerobos kaca melihat gelapnya malam, Subkhanallah…malam ini adalah malam purnama, sungguh ini adalah hadiah terindah untukku, terimakasih ya Rabb. Bibirku terus berucap syukur, sukhanallah, alhamdulillah lailahailallah allahu akbar!

Aku merasakan hatiku semakin melega, “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?”.Aku semakin malu…malu pada diriku sendiri, malu pada malam yang telah menjadi saksi kesedihanku, malu kepada orang-orang yang aku cemburui, malu pada suamiku yang telah ikhlas memberikan cintanya untukku, dan malu kepada semuanya juga yang paling besar maluku kepada sang maha pencipta rasa itu sendiri.

Aku teringat kata suamiku yang selalu melibatkan Allah dalam segala urusannya, suatu malam ia membisikkan kata tepat di telingaku “sayang…jangan kau mengharapkan kebahagiaan dariku, jangan kau mengharap cinta dariku, tapi berharaplah kebahagiaan dan cinta hanya dari Allah, aku sayang kamu”.

Ya Rabb pantaskah aku mengabaikannya? Pantaskah aku untuk cemburu kepadanya? Pantaskah aku menuntut sesuatu darinya? Pantaskah aku bersedih karenanya? TIDAK Ya Rabb, aku tidak pantas melakukannya. Aku menyayanginya…tapi aku lebih mencintai-Mu Ya Rabb. Lebih…tidak ada yang akan mengalahkan apapun dan siapapun dia. Malam ini aku sangat bahagia, Engkau berikan hamba-Mu ini hadiah terindah dan Kau hadirkan kembali semangat dalam hatiku untuk menyemai hati yang selesai, kepiluanku aku serahkan kepada-Mu Ya Rabb, semuanya… maka aku mohon gantilah kepiluan itu dengan kebahagiaan yang hakiki, Aku ingin menatap-Mu di surga abadi,Amin…

Rabu, 09 Juli 2008


RENUNGAN BUAT ISTRI

Wahai sang Istri ….

Apakah akan membahayakan dirimu, kalau anda menemui suamimu dengan wajah yang berseri, dihiasi senyum yang manis di saat dia masuk rumah.?

Apakah memberatkanmu, apabila anda menghapus debu dari wajahnya, kepala, dan baju serta mengecup pipinya.?!!

Apakah anda akan merasa sulit, jika anda menunggu sejenak di saat dia memasuki rumah, dan tetap berdiri sampai dia duduk.!!!

Mungkin tidak akan menyulitkanmu, jika anda berkata kepada suami : “Alhamdulillah atas keselamatan Kanda, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang kekasihku”.

Berdandanlah untuk suamimu -harapkanlah pahala dari Allah di waktu anda berdandan itu, karena Allah itu Indah dan mencintai keindahan- pakailah parfum, dan bermake up-lah, serta pakailah busana yang paling indah untuk menyambut suamimu.

Jauhi dan jauhilah bermuka asam dan cemberut.

Janganlah anda mendengar dan menghiraukan perusak dan pengacau yang akan merusak dan mengacaukan keharmonisanmu dengan suami.

Janganlah selalu tampak sedih dan gelisah, akan tetapi berlindunglah kepada Allah dari rasa gelisah, sedih, malas dan lemah.

Janganlah berbicara terhadap laki-laki lain dengan lemah-lembut, sehingga menyebabkan orang yang di hatinya ada penyakit mendekatimu dan mengira hal-hal yang jelek terhadap dirimu.

Selalulah berada dalam keadaan lapang dada, hati tentram, dan ingat kepada Allah setiap saat.

Ringankanlah suamimu dari setiap keletihan, kepedihan dan musibah serta kesedihan yang menimpanya.

Suruhlah suamimu untuk berbakti kepada ibu bapaknya.

Didiklah anak-anakmu dengan baik. Isilah rumah dengan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir, perbanyaklah membaca Al-Quran terutama surat Al-Baqarah, karena surat itu dapat mengusir syeitan.

Hilangkanlah dari rumahmu gambar-gambar, alat-alat musik dan alat-alat yang bisa merusak agama.

Bangunkanlah suamimu untuk melaksanakan shalat malam, doronglah dia untuk melakukan puasa sunat, ingatkan dia akan keutamaan bersedekah, dan jangan anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.

Perbanyaklah beristighfar untuk dirimu, suamimu, serta kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada Allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik, niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat. Ketahuilah sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar doa dan mencintai orang yang nyinyir dalam meminta. Allah berfirman:”Dan Rabbmu berkata : serulah Aku niscaya Aku penuhi doamu” (Al-Ghafir : 60).

Diambil dari kitab ” Fiqh pergaulan suami istri ” oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.


Rahasia Shalat Dhuha
Oleh : Amir Faishol Fath

Allah SWT dalam beberapa ayat bersumpah dengan waktu dhuha. Dalam pembukaan surat Assyams, Allah berfirman, ''Demi matahari dan demi waktu dhuha.'' Bahkan, ada surat khusus di Alquran dengan nama Addhuha.

Pada pembukaannya, Allah berfirman, ''Demi waktu dhuha.'' Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Benar, waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting. Di antara doa Rasulullah SAW: Allahumma baarik ummatii fii bukuurihaa. Artinya, ''Ya Allah berilah keberkahan kepada umatku di waktu pagi.''

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang aktif dan bangun di waktu pagi (waktu subuh dan dhuha) untuk beribadah kepada Allah dan mencari nafkah yang halal, ia akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya, mereka yang terlena dalam mimpi-mimpi dan tidak sempat shalat Subuh pada waktunya, ia tidak kebagian keberkahan itu.

Abu Dzar meriwayatkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, ''Bagi tiap-tiap ruas anggota tubuh kalian hendaklah dikeluarkan sedekah baginya setiap pagi. Satu kali membaca tasbih (subhanallah) adalah sedekah, satu kali membaca tahmid (alhamdulillah) adalah sedekah, satu kali membaca takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan, semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha.'' (HR Muslim).

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat Dhuha empat rakaat. Dalam riwayat Ummu Hani', ''Kadang Rasulullah SAW melaksanakan shalat Dhuha sampai delapan rakaat.'' (HR Muslim). Imam Attirmidzi dan Imam Atthabrani meriwayatkan sebuah hadis yang menjelaskan bahwa bila seseorang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu ia berdiam di tempat shalatnya sampai tiba waktu dhuha, kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha, ia akan mendapatkan pahala seperti naik haji dan umrah diterima. Para ulama hadis merekomendasikan hadis ini kedudukannya hasan.

Jelaslah bahwa shalat Dhuha sangat penting bagi orang beriman. Penting bukan karena--seperti yang banyak dipersepsikan--shalat Dhuha ada hubungannya dengan mencari rezeki, melainkan ia penting karena sumpah Allah SWT dalam Alquran. Maka, sungguh bahagia orang-orang beriman yang memulai waktu paginya dengan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan shalat Dhuha.




Hikmah
REPUBLIKA

IBUNDA PARA MUJAHID

Ada pepatah yang sudah tidak asing lagi yang mengatakan bahwa “ bi balik seorang tokoh yang mulia, pasti ada wanita mulia di belakangnya” . bagaimana para ibu yang mulia itu bisa dengan sukses mengantarkan putra-putra istimewanya menjulang kesuksesan yang luar biasa?

Al-Khansa adalah satu dari sekian contoh seorang ibu yang berhasil mengantarkan ke empat anaknya menjemput kebahahiaan yang hakiki, yang tidak mudah di capai oleh sembarang manusia

.

Suatu ketika saat umat islam berjuang dalam perang Al-qadisiyyah, malam menjelang peperangan Al-khansa berwasiat kepada keempat putranya, beliau dengan semangat menyuntikan ghirah perjuangan dalam jiwa putra-putranya, seakan tiada bersabar menunggu hari besok ketia mereka akan berjuang mengorbankan jiwa dan darah mereka untuk ALLAH SWT.

“ Wahai anakku, kalian telah masuk islam dengan taat dan berhijrah dengan penuh kerelaan. Demi Allah yang tiada ilah yang haqq selain Dia , kalian adalah putra dari laki-laki yang satu sebagaimana kalian juga putra dari wanita yang satu. Aku tak pernah mengkhianati ayah kalian , tak pernah mempermalukan ayah kalian , tak pernah mempermalukan khal (paman dari jalur ibu) kalian, tak pernah mempermalukan nenek moyang kalian, dan tak pernah menyamarkan nasab kalian. Kalian tahu betapa besar pahala yang Allah siapkan bagi orang-orang ketika berjihad melawan orang-orang kafir. Ketahuilah bahwa negri akhirat yang kekal jauh lebih baik dari negri dunia yang fana”

Al-khansa melanjutkan wasiatnya dengan membacakan firman Allah dalam tercantum dalam surah Al-imran: 200 yamh artinya ” Hai orang –orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.

Andaikata esok kalian diberi kesehatan oleh Allah , maka perangilah musuhmu dengan gagah berani, mintalah kemenangan atas musuhmu dari Ilahi.

Apabila pertempuran sudah mulai sengit dan api peperangan mulai menyala, terjunlah kalian ke jantung musuh, habisilah pemimpin mereka saat perang tengah berkecamuk, mudah-mudahan kalian meraih ghanimah dan kemuliaan di negeri yang kekal dan penuh kenikmatan”.

Terdorong oleh nasehat ibunya, ke-empat putranya tampil dengan gagah berani. Mereka bangkit demi mewujudkan impian ibundanya. Dan tatkala fajar menyingsing , majulah keempat putranya dengan pedang.

Satu persatu putra-putranya gugur menjemput syahid. Beberapa syair yang diucapkan oleh putra-putra al-khansa : ”Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah, pendapatnya sungguh tepat dan bijaksana”

”ia perintahkan kita dengan penuh bijaksana, sebagai nasehat yang tulus bagi putranya”

”majulah tanpa pusing memikirkan jumlah mereka,dan raihlah kemenangan yang nyata”

”demi Allah tak akan kudurhakai perintah ibu, perintah yang sarat dengan rasa kasih sayang”

”sebagai kebaktian nan tulus dan kejujuran , maka majulah dengan gagah ke medan perang...hingga pasukan kisra terpukul mundur atau biarkan mereka tahu , bagaimana cara berjuang, janganlah mundur karena itu tanda kelemahan , raihlah kemenangan meski maut menghadang”

”demi kemenangan yang menanti , dan kejayaan ataukah kematian di jalan yang lebih mulia”

Tatkala berita gugurnya keempat anaknya ke telinga al-khansa, ia hanya tabah sembari mengatakan ” segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya”

Semenjak itu Rasulullah menjulukinya” ibunda para mujahid”. Karena kesabaran dan ketabahannya serta keikhlasannya mengorbankan keempat anaknya untuk Allah Swt, dengan memberika pengorbanan yang terbaik dari harta yang dimilikinya.



BAGAIMANA MUSLIMAH MENILAI DIRINYA ?


Kaum muslimah tidak seharusnya menilai kepribadian mereka atas dasar sesuatu yang sangat dangkal, seperti kecantikan, demikian pula tidak selayaknya kaum muslimah memandang rendah diri mereka karena dianggap gagal memenuhi harapan-harapan masyarakat untuk memperoleh predikat “wanita cantik”. Kaum muslimah harus menyadari sepenuhnya , bahwa citra kecantikan seperti itu hanyalah sebuah mitos yang dimanfaatkan untuk mengalihkan pemikiran dari pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting dalam hidup ini. Seperti apakah tujuan hidup yang hakiki atau bagaimana kehidupan umat manusia dengan cara yang benar.

Landasan yang menjadi tolak ukur untuk menilai kepribadian diri bukanlah kecantikan melainkan pemikiran (aqliyah) dan perilaku (nafsiyah / pola sikap) karena dua hal inilah yang bisa membentuk syakhshiyah (kepribadian seseorang). Ukuran taat sebagai seorang hamba kepada sang khaliq, serta kuantitas dan kualitas amal perbuatan dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Inilah kunci sukses untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di surga.

ALLAH Swt berfirman dalam surah al-Ahzab :35 yang artinya “ sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk’ . laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama ALLAH , ALLAH telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Dengan ukuran ini pula, ALLAH meninggikan derajat seorang manusia dari manusia lainnya. ALLAH Swt berfirman dalam surah alhujurat :13 yang artinya :” sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi ALLAH adalah orang yang paling taqwa diantara kamu”.

Oleh karena itu perjuangan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslimah dalam hidup ini adalah untuk membangun kepribadian islam seutuhnya dan berusaha menerapkan hukum-hukum ALLAH Swt dalam kehidupan pribadinya, di tengah keluarganya, serta dalam masyarakat, bukan perjuangan yang mengarah pada sekedar mendapatkan kecantikan atau meniru pola pikir masyarakat barat yang dangkal.

Sabda Rasulullah ”Dunia dan isinya adalah perhiasan, tetapi sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalikhah”.

Terimakasih untuk suamiku tercinta, yang berulang kali mengingatkan diriku bahwa kecantikan bukanlah prioritas utama, yang ikhlas dan tulus mencintai dan menyayangiku karena ALLAH bukan karena zahirku, Syukur alhamdulillah....segala puji hanya bagi ALLAH.

Selasa, 08 Juli 2008


Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja

Matahari Tidak Pernah

Terbenam di Negeri Senja

Hidupku penuh dengan kesedihan – karena itu aku selalu mengembara. Aku selalu berangkat, selalu pergi, selalu berada dalam perjalanan, menuju ke suatu tempat entah di mana, namun kesedihanku tidak pernah hilang. Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan, karena kesedihan berada di dalam diri kita. Aku selalu mengira kalau melakukan perjalanan jauh maka kesedihan itu akan bisa hilang karena tertinggal jauh di belakang, tapi itu tidak pernah terjadi. Ada segaris luka dalam hatiku yang telah mendorong aku pergi jauh dari kampung halamanku dan sampai sekarang belum pernah kembali.

Mungkin aku tidak akan pernah kembali meskipun kesedihanku suatu hari akan hilang. Aku sudah terlanjur tidak pernah merasa punya rumah, dan tidak pernah merasa harus pulang ke mana pun dan aku menyukainya. Barangkali kesedihanku tidak akan pernah hilang tapi sudahlah, aku tidak ingin memanjakan perasaan. Aku sudah selalu membiasakan diriku hidup bersama dengan kesedihan – apa salahnya dengan kesedihan? Apa salahnya dengan duka? Apa salahnya dengan luka? Setelah mengembara bertahun-tahun lamanya aku belajar hidup bersama dengan kesedihan, kesepian, dan keterasingan. Semua itu tidaklah mudah, tapi apalah yang bisa diperbuat oleh seseorang dalam perantauan? Aku ini seorang pengembara, cuma seorang musafir lata yang tiada bersanak dan tiada berkawan, pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan – sia-sia mencoba menghilangkan kesedihan.

Kemudian, setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan, akhirnya aku mempunyai juga tujuan, atau semacam tujuan, setidaknya suatu alasan yang membuat aku terus menerus melakukan perjalanan nyaris tanpa berhenti kecuali untuk mengumpulkan tenaga kembali. Aku selalu pergi, selalu berjalan, karena selalu ingin mengenal sesuatu yang lain, yang belum kukenal, dan betapa banyak keindahan yang terdapat di dunia yang luas terbentang. Aku telah berjalan dari negeri yang satu ke negeri yang lain. Dari kota ke kota, dari kampung ke kampung, keluar masuk hutan, mengarungi wilayah dan mendapat pengalaman. Aku selalu melakukan perjalanan sendirian, dan karena itu aku banyak merenung. Sambil melihat pemandangan yang tidak pernah kusaksikan, aku berpikir tentang kehidupan. Membayangkan bumi terbentang yang dulu tidak dihuni manusia, aku merenungkan makna kebudayaan. Melewati padang salju membeku, padang rumput menghijau, dan pantai-pantai membiru, aku memikirkan manusia dan alam.

Aku telah menyeberangi tujuh lautan, mendaki duapuluh gunung, menjelajahi tiga gurun, dan menyuruk ke perkampungan suku-suku terpencil, namun aku tidak pernah merasa bisa tinggal di suatu tempat agak lebih lama. Di tempat yang paling nyaman, makmur, dan indah pun aku selalu merasa gelisah. Selalu ada cakrawala baru yang ingin kurengkuh, dari ujung dunia yang satu ke ujung dunia yang lain. Barangkali rumahku adalah perjalanan itu sendiri. Aku senang tidur di bawah pohon di padang terbuka, berselimut jerami di dalam gerobak, terkantuk-kantuk di atas keledai, atau telentang menatap rembulan di dalam sampan yang dibawa arus pelahan. Betapa berumah aku dalam pengembaraan.

Begitulah, suatu ketika dalam perjalananku tibalah aku di Negeri Senja, yang seperti tiba-tiba saja muncul di hadapanku setelah menyeberangi sebuah gurun selama dua minggu. Dari jauh, Negeri Senja cuma bayangan hitam tembok-tembok beku perbentengan yang tua. Benteng semacam itu sudah tidak ada artinya lagi sekarang, apalagi benteng itu pun nyaris merupakan reruntuhan, menjadi warisan sejarah yang tidak terurus. Dari jauh, Negeri Senja hanya tampak sebagai bayangan hitam karena di latar belakangnya tampaklah lempengan bola matahari raksasa yang jingga dan membara itu memenuhi ruang, menyebabkan langit di atas itu semburat jingga dengan tepian mega-mega yang telah menjadi keemasan.

Aku masih jauh dari kota ketika sejumlah orang bersorban mencegat aku di balik bukit pasir.

Seseorang bicara dengan bahasa antarbangsa yang fasih.
“Tuan, apakah Tuan yang selama ini kami tunggu?”
“Pasti bukan, siapakah yang kalian tunggu?”
“Kami menunggu Penunggang Kuda dari Selatan.”
“Siapakah itu?”
“Dia adalah orang yang akan menyelamatkan kami.”
“Menyelamatkan? Dari apa?”
“Dari segalanya.”

Aku perhatikan mereka. Apakah mereka sudah kehilangan akal? Sudah jelas aku menunggang unta, bukan kuda.

“Kalian lihat, aku tidak menunggang kuda.”

“Barangkali saja Tuan mengganti kuda Tuan dengan unta sebelum menyeberangi gurun.”

“Yah, itu memang mungkin, tapi aku bukan Penunggang Kuda dari Selatan, aku datang dari
Timur Jauh.”

“Oh, maafkan kami Tuan, kami sudah bertahun-tahun menanti di sini, dan kami sudah gelisah.
Kami menanyai setiap orang yang datang dari selatan.”

Ketika aku berlalu, kulihat sejumlah orang itu memandang ke selatan kembali. Di mata mereka terpancar harapan, tapi harapan yang sudah memudar. Apakah kiranya yang mereka alami sehingga begitu berharap seperti itu? Menunggu seseorang yang bisa menyelamatkan mereka entah dari apa, sampai bertahun-tahun lamanya, bukanlah peristiwa biasa. Siapa pula Penunggang Kuda dari Selatan yang sangat diharap-harapkan itu? Siapakah orangnya yang begitu perkasa sehingga begitu diharapkan akan pasti bisa menyelamatkan sejumlah orang dari sesuatu yang aku belum tahu apa?

Segalanya serba keemasan ketika aku memasuki kota itu, serba merah keemas-emasan karena siraman cahaya matahari separuh yang bertengger di cakrawala itu. Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang. Tapi tentu saja cahaya bukan benda padat dan orang-orang berkerudung, bersorban, dan bersarung melewatinya sehingga cahaya itu seperti riak kolam yang tersibak-sibak. Cahaya itu menjadi terang dan gelap karena orang-orang yang lewat dan karena itu Negeri Senja seperti sebuah kota yang tenggelam dalam lautan cahaya sepenuhnya. Aku hanya seperti sebuah bayang-bayang yang berjalan. Kulihat bayang-bayangku sendiri menunggangi unta di tembok-tembok kota.

Aku berjalan menyusuri kota menunggang seekor unta tua yang telah membawaku menyeberangi gurun bersama rombongan kafilah para pedagang garam. Menoleh ke kiri, menoleh ke kanan, memang hampir segalanya berwarna keemasan. Aku tidak melihat warna biru, aku tidak melihat warna hijau, apalagi warna merah jambu – segalanya adalah warna-warna senja. Warna, cahaya, dan suasana yang hanya ada apabila matahari akan terbenam. Dinding-dinding keemasan, tapi banyak juga ruang yang gelap dan temaram. Lorong-lorong suram dan tenggelam dalam bayangan hitam.

“Mau ke manakah Tuan, mencari penginapan? Marilah saya antar. Saya tahu penginapan yang murah dan menyediakan makan untuk unta Tuan. Marilah saya antar, supaya hari ini ada sepotong roti yang bisa saya makan.”

Aku sudah begitu lelah. Menyeberangi gurun pasir selama dua minggu bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Aku menyerah saja kepada anak kecil yang bicara dengan bahasa antarbangsa terpatah-patah itu. Ia menghela tali untaku menuju ke sebuah penginapan sementara aku menoleh ke kiri dan ke kanan dengan lesu. Angin berpasir yang sudah dua minggu terus menerus menimpaku belum juga hilang sampai di dalam kota ini. Wajahku penuh dengan debu dan begitu juga wajah banyak orang di kota ini. Semua orang seperti memakai bedak tapi jelas itu bukan bedak. Mereka menutupi wajah mereka dengan kain yang juga melindungi rambut mereka dari angin yang berpasir. Jadi di mana-mana aku cuma melihat mata. Itulah mata yang memandang dengan tajam, dengan suram, atau dengan bertanya-tanya. Apalah yang bisa kita katakan dari sebuah pandangan mata?

Kuhirup aroma setanggi yang mengalir dari sebuah jendela. Ketika aku menengok ke jendela itu, muncul wajah seorang wanita yang bercadar. Dari balik cadarnya yang tipis kulihat ia tersenyum. Bibirnya begitu merah tertimpa cahaya, dan ia membawa anglo kecil berisi dupa.
Jadi kini aroma setanggi bercampur aroma dupa, dan aroma itu makin lama makin tajam karena agaknya aroma itu mengalir dari setiap jendela dan pintu. Angin yang berpasir akan selalu membuyarkannya tetapi aroma itu akan selalu mengalir kembali. Aku tenggelam dalam sebuah suasana yang menekan. Orang-orang di jalanan tak banyak berbicara dan di jalanan itu pun kepala mereka lebih sering tertunduk. Kepala-kepala tertunduk itu kadang-kadang terangkat melihatku dan aku hanya akan melihat mata dari kepala-kepala itu. Aku merasa gagal membaca sesuatu dari mata mereka. Apakah kiranya yang mereka baca dari mataku.

Aku pun menundukkan kepalaku supaya tidak tampak terlalu asing karena selalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Apakah cahaya senja yang temaram meski keemas-emasan itu yang membuat suasana tampak menekan? Aku telah mengalami seribu senja di seribu kota dan memang senja selalu memberikan kepada kita perasaan yang rawan, namun agaknya ada sesuatu yang lain di kota ini entah apa, sesuatu yang berat dan menekan.

Sebenarnyalah aku tidak pernah mengenal Negeri Senja sebelumnya. Aku hanya pernah mendengar namanya di sebuah kedai, ketika seorang musafir yang pandai bercerita dalam bahasa yang kukenal dikerumuni para pengunjung. Ia menceritakan suatu hal yang sangat sulit dipercaya, yakni bahwa matahari tidak pernah terbenam di Negeri Senja.

“Bagaimana itu mungkin?”
“Itulah yang juga menjadi pertanyaanku, bagaimana itu mungkin, sedangkan di sini matahari timbul dan tenggelam seperti biasa. Bukankah matahari itu-itu juga yang tampak di setiap negeri di muka bumi? Kalau matahari di Negeri Senja itu memang tersangkut di cakrawala, mestinya di negeri lain keadaannya juga tidak pernah berubah. Tapi ini tidak, hanya di Negeri

Senja matahari tidak pernah terbenam.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Itulah pertanyaanku juga, kenapa bisa begitu?”
Negeri Senja memang tidak terdapat di dalam peta, ia ada tapi tiada – hanya para pengembara yang kebetulan kesasar saja yang mengenalnya, dan mereka pun tidak pernah menganjurkan untuk datang ke sana.
“Tidak ada apa-apa di sana,” katanya, “selain kemiskinan, kejahatan, dan penindasan.”
“Tentang matahari yang tidak pernah terbenam itu?”
“Kenapa?”
“Tidak ada yang tertarik menyelidikinya?”
“Wah, orang-orang Negeri Senja menganggapnya biasa.”
“Biasa?”
“Ya, biasa. Mereka sudah biasa hidup seperti itu.”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam?”
“Hidup dengan matahari tidak pernah terbenam.”
“Apakah negeri seperti itu memang benar-benar ada?”
“Para ahli ilmu alam juga tidak percaya. Mereka tidak mau membuang waktu mencari Negeri Senja. Tapi aku pernah ke sana. Percayalah bahwa ceritaku ini bukan karangan.”

Aku juga tidak ingin percaya ketika mendengarnya. Para musafir yang kadang-kadang kujumpai memang ada juga yang suka membual. Namun pada suatu hari ketika sedang duduk beristirahat di bawah sebatang pohon, datanglah kafilah para pedagang garam itu. Mereka mengisi kantung-kantung air yang terbuat dari kulit. Dari jumlahnya tampak akan mengadakan perjalanan jauh.
“Mau ke mana sahib?”
“Mau ke Negeri Senja.”

Kini aku berada di Negeri Senja. Karena lelah dan lesu, aku lupa persoalan matahari tersebut. Nanti, ketika aku terbangun, dan membuka jendela penginapan yang kumal itu., barulah aku akan menyadari, matahari ternyata memang tidak pernah terbenam di Negeri Senja.
“Kita sudah sampai,” kata anak kecil berambut keriting itu. Aku baru sampai di depan penginapan. Maafkan aku, rupanya ceritaku tadi terlalu cepat, meski pemandangan tidak akan pernah berubah. Matahari membara seperti lempengan besi di tungku pembakaran. Matahari itu terbenam separuh, cahayanya membakar langit begitu rupa sehingga langit itu betul-betul membara. Aku menghela nafas. Aku sudah berada di Negeri Senja. Aku membayangkan wajah-wajah yang tidak akan pernah percaya jika aku menceritakannya. Aku tidak tahu apakah kau akan percaya padaku Alina – kurasa aku tidak akan pernah tahu, karena kau tidak pernah berbicara apa-apa kepadaku, hanya mendengarkan dengan mata penuh ingin tahu. Tapi kapankah aku akan pernah bertemu lagi denganmu Alina, jika aku tak pernah tahu apakah akan pernah kembali? Seperti juga aku tak pernah tahu, atau takut untuk tahu, apakah dikau menunggu atau tidak menunggu.

KISAH WANITA YANG SELALU BERBICARA DENGAN BAHASA AL-QUR'AN


Kategori : Hikmah

Rabu, 07 Juni 2006 @ 22:16:26

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :

Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.



Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.



Abdullah : "Assalamu'alaikum warahma wabarakaatuh."

Wanita tua : "Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58) (artinya : "Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih")



Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?"

Wanita tua : "Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu." (QS : Al-A'raf : 186 ) ("Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya")





Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.



Abdullah : "Kemana anda hendak pergi?"

Wanita tua : "Subhanalladzi asra bi 'abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa." (QS. Al-Isra' : 1) ("Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa")

TOLERANSI SEORANG SHALAHUDDIN AL-AYUBI

Kategori : Kisah

Minggu, 26 Agustus 2007 @ 06:17:48

Pada suatu hari, Shalahudin al-Ayubi sedang duduk di dalam perkemahan. Di saat dia sedang serius memberikan wejangan, tiba-tiba ada seorang perempuan kafir berdiri di depan perkemahannya. Perempuan berwajah muram ini berteriak dengan suara yang memekakkan telinga, sehingga suasana menjadi gaduh.



Melihat kejadian tersebut, para prajurit segera bertindak menjauhkan perempuan itu dari perkemahan. Namun, Shalahudin mencegah dan memerintahkan para prajurit agar membawa masuk perempuan itu. Begitu perempuan itu menghadap, pimpinan umat yang berhasil merebut kembali Jerusalem dari penguasaan Tentara Salib ini segera menanyakan hal yang menyebabkan perempuan itu bersedih. Ia menjawab, ''Anakku diculik dan suamiku disandera sebagai tawanan perang. Padahal, suamikulah yang memberikan nafkah buatku.''



Pernyataan perempuan tersebut membuat Shalahudin terharu. Seketika itu juga dia memerintahkan para prajurit agar segera melepaskan suami perempuan itu. Dia juga memerintahkan para prajurit, agar mencari anak yang hilang diculik.



Mendapatkan perintah tersebut, secepat kilat para prajurit melaksanakannya. Sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak yang diculik itu. Dan dengan segera pula, si anak diserahkan kepada ibunya. Betapa bahagianya perempuan itu mendapatkan suami dan anaknya kembali ke pangkuannya.



Perempuan tersebut sangat berterima kasih serta memuji Shalahudin. Mendengar pernyataan dari perempuan itu, Shalahudin berkata, ''Kami tidak melakukan sesuatu apa pun, kecuali apa yang telah diperitahkan oleh agama kami.''



Mendengar ungkapan Shalahudin, perempuan itu lantas bertanya, ''Apakah agama tuan memerintahkan kasih sayang terhadap para musuh, serta membantu orang-orang yang lemah?'' ''Benar bunda,'' jawab Shalahudin. ''Islam adalah agama Allah di dunia ini. Agama-Nyalah yang senantiasa memberikan rahmat serta menjadi penyelamat bagi seluruh umat.''



Mendapat jawaban ini, perempuan itu tergugah benaknya. Ia pun bersyahadat bersama suaminya. ''Saya mencintai agama yang senantiasa bertoleransi dan mulia itu, seperti yang tecermin dari sifat-sifat dan akhlak tuan.''



Begitulah dakwah yang diajarkan Shalahudin. Ia menunjukkan dua hal sekaligus, Islam adalah agama yang santun dan mengajarkan toleransi. Dialah pemimpin Islam yang disebut dengan nada hormat, bahkan di kalangan pembesar Tentara Salib. Shalahudin menunjukkan, Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam membawa perasaan nyaman terhadap pemeluknya, juga membuat orang lain simpati.

MIMPI KE SURGA


MIMPI SEORANG HAMBA ALLAH YANG INSAF
HAYATILAH KERANA IA SEMATA-MATA UNTUK KEBAIKAN


Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke syurga dan seorang malaikat menemaniku
serta menunjukkan keadaan di surga.
Kami berjalan
memasuki suatu ruang kerja yang penuh dengan para malaikat.
Malaikat yang mengantarku berhenti di depan
ruang kerja pertama dan berkata,”
Ini adalah Seksi
Penerimaan.
Disini, semua permintaan
yang ditujukan pada Allah, diterima”.
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang mengamati seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh
dunia.
Kemudian,….
aku dan malaikat tersebut berjalan lagi melalui
koridor yang panjang.

lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.
Malaikat itu berkata,
“Ini adalah Seksi Pembungkusan
dan Pengiriman.
Disini, kemuliaan dan rahmat
yang diminta manusia diproses
dan dikirim ke
manusia-manusia yang masih
hidup yang memintanya”.
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu.
Ada banyak malaikat
yang bekerja begitu keras karena ada begitu
banyaknya permohonan yang
dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada
hujung terjauh koridor
panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu
ruang kerja yang sangat
kecil.
Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu
malaikat yang duduk
disana, hampir tidak melakukan apapun.
“Ini adalah Seksi Penerimaan Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat itu perlahan.
Dia tampak malu.
“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan
disini?”, tanyaku.
“Menyedihkan”, Malaikat-itu menghela nafas. “
Setelah manusia menerima rahmat
yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang
mengirimkan pernyataan terima kasih”.
“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas
rahmat Tuhan?”, tanyaku.
“Sederhana sekali”,
jawab Malaikat.
“Cukup berkata,
‘ALHAMDULILLAHI
RABBIL AALAMIIN,
Terima kasih, ALLAH’ “.
“Lalu,
rahmat apa saja yang perlu kita syukuri?”, tanyaku.
Malaikat-ku menjawab,
“Jika engkau mempunyai makanan
di kulkasmu,
Pakaian yang menutup tubuhmu,
atap di atas kepalamu dan
tempat untuk tidur,
Maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.
“Jika engkau memiliki uang di bank, dan di dompetmu,
maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.
“Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu,
engkau adalah bahagian
dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.
Juga…. “Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih
banyak kesehatan
daripada kesakitan …
engkau lebih dirahmati
daripada begitu banyak orang
di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga
hari ini.
“Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam
perang, kesepian dalam
penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan
yang amat sangat ….

Maka,
engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di
dunia”.
“Jika,……..
engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan keagamaan tanpa ada
ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan,
atau kematian …
M a k a,….
engkau lebih dirahmati daripada 3 juta orang di
dunia.
“Jika,….
orangtuamu masih hidup
dan masih berada dalam
ikatan pernikahan …
Maka,…..
engkau termasuk orang yang sangat jarang menerima keuntungan itu dari ALLAH.
“Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,
maka,…..
engkau bukanlah
seperti orang kebanyakan,
engkau unik dibandingkan
semua mereka yang berada
dalam keraguan dan keputus asaan.
“Jika,…
engkau dapat membaca pesan ini,
maka engkau menerima rahmat ganda
yaitu
bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu, berpikir bahwa engkau
orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa,
engkau lebih dirahmati
daripada lebih dari 2 juta orang
di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali”.
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat
yang telah
Allah anugerahkan kepadamu.
Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa
dirahmatiNya kita semua.
“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu
menyatakan bahwa,
‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak
nikmat kepadamu’ “.
(QS:Ibrahim (14) :7 )
Ditujukan pada :
Seksi Pernyataan Terima Kasih:
“Terima kasih, Allah!
Terima kasih, Allah, atas
anugerahmu berupa kemampuan
untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan
memberikan aku begitu banyak
teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi”.

Ingatan Ikhlas dari Saudaramu